Sumenep, detektifjatim.com – Di tengah gempuran zaman dan modernisasi, seni tradisi Klenengan tetap hidup dan lestari. terutama di kalangan pelajar di Sumenep, Madura.
Salah satu bukti nyatanya adalah keberlanjutan Klenengan yang yang selama lima tahun masih lestari di SMP Negeri 5 Sumenep. Manggung di pendopo keraton Sumenep adalah bukti keberlanjutannya.
Tradisi ini bukan sekadar pertunjukan musik biasa. Klenengan adalah warisan budaya Wali Songo, yang diyakini menjadi salah satu media dakwah pada masa lalu. Uniknya, di sekolah ini, tradisi tersebut tidak pernah putus.
Edy Kusuma, guru Bahasa Madura di SMPN 5 Sumenep mengatakan, Klenengan bahkan menjadi akar dari beberapa kesenian besar lainnya, termasuk Ul Daul, kesenian khas Madura yang dikenal dengan irama dinamis dan semangat kebersamaannya.
“Dasarnya (Ul Daul) dari Klenengan. Banyak orang tidak tahu bahwa Ul Daul itu berkembang dari bentuk-bentuk Klenengan,” ujarnya, Rabu (28/05/2025).
Edy menyebutkan, seni Klenengan menggunakan berbagai alat musik tradisional seperti gentir, demong, saron, pekeng, bonang kecil dan besar, gendang, gong kecil hingga gong besar. Keseluruhan alat tersebut dimainkan oleh sepuluh personel, mayoritas siswa SMP yang telah dilatih khusus untuk mempertahankan keaslian permainan.
“Dalam setiap pertunjukan, setidaknya ada enam lagu utama yang dimainkan: Bendrong, Adimoyo, Kebbo Giro, Pansampanan, Walang Keke’, dan Panser 5,” ujarnya.
Pria asli Marengan Daya, Kecamatan Kota Sumenep mengaku beberapa lagu asli Klenengan yang tersebar di Indonesia mulai hilang dan tidak lagi dikenali oleh masyarakat luas. Namun, di Sumenep, nada-nada itu masih hidup, dimainkan dengan penuh penghormatan terhadap sejarahnya.
“Tak hanya menjadi ajang pelestarian, kegiatan Klenengan juga mengasah kedisiplinan, kekompakan, dan kecintaan pelajar terhadap budaya sendiri. Bahkan, Bajjra Sagara SMPN 5 turut terinspirasi dari semangat pelestarian seni lokal oleh bakat dan minat siswa,” ujarnya. (ady).
No Comments