x

Mengenal Ogoh-ogoh Raja Kala Wisesa dan Kumbakarna yang Dipamerkan HIMA Al Ghafur

2 minutes reading
Saturday, 28 Jun 2025 09:18 69 Ady

Sumenep, detektifjatim.com Grand opening Haflatul Imtihan (HIMA) Al Ghafur Payudan Karangsokon, Guluk-Guluk telah selesai. Namun, banyak kebudayaan yang ikut arak-arakan dalam pawai pembukaan itu.

Salah satunya ogoh-ogoh Raja Kala Wisesa dan Kumbakarna. Bahkan, pakai adat Bali juga menyertai kehobhan malam pawai obor tersebut.

Dalam konteks Bali, “Raja Kala Wisesa” merujuk pada tiga entitas negatif yang dikenal sebagai Sang Kala Tiga Wisesa, bukan satu individu raja.

Mereka adalah Bhuta Galungan, Bhuta Dungulan, dan Bhuta Amangkurat, yang merupakan simbol kekotoran dan godaan yang menyerang pikiran manusia, terutama saat perayaan Galungan.

Sementara itu, Kumbakarna adalah tokoh wayang dari kisah Ramayana, bukan bagian dari mitologi Galungan.

Berikut penjelasan lebih detail:
Sang Kala Tiga Wisesa adalah tiga bhuta (makhluk halus) yang digambarkan sebagai raja yang terjerat hawa nafsu dan hal-hal negatif. Mereka muncul pada hari Penyajaan sebelum Galungan untuk menggoda manusia.

Tugasnya: Bhuta Galungan menyerang pikiran manusia. Bhuta Dungulan menggambarkan sifat ingin menaklukkan orang lain. Dan, Bhuta Amangkurat tidak dijelaskan secara spesifik dalam konteks ini, namun termasuk dalam Sang Kala Tiga Wisesa.

Sang Kala Tiga Wisesa, merupakan simbol godaan dan keburukan yang harus dilawan oleh umat Hindu Bali saat Galungan.

Sementara kumbakarna adalah tokoh raksasa dalam wiracarita Ramayana, saudara Rahwana, yang dikenal karena kesetiaannya pada dharma (kebenaran) meskipun harus melawan saudaranya. Kumbakarna bukan bagian dari mitologi Galungan. Ia adalah tokoh yang terpisah dari Sang Kala Tiga Wisesa.

Ketua Sekaa Taruna (ST) Setya Dharma Kerthi I Putu Artha Wiguna mengatakan biasanya ada di momen pangerupukan yang bertepatan dengan Galungan dan Kuningan. Ogoh-ogoh menceritakan kisah Bhuta Kala Tiga Wisesa yang mengganggu manusia dengan merasuki pikiran, perkataan, dan perbuatan.

“Menjelang Galungan, Bhuta Kala Tiga ini bergentayangan untuk mengganggu manusia agar lupa akan kesadaran. Bhuta Amangkurat, Bhuta Dungulan, dan Bhuta Galungan mempengaruhi manusia dari berbagai aspek,” jelas Artha dilansir NUSABALI.com

Ogoh-ogoh dinilai Artha menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu menjaga kesadaran diri dan menahan hawa nafsu agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif. Hari Raya Galungan menjadi simbol kemenangan dharma melawan adharma, di mana kebaikan selalu mengalahkan kejahatan.

“Melawan dalam konteks ini bukan berarti kekerasan, melainkan bagaimana manusia mengendalikan sifat-sifat buruknya,” ujar Artha.

Ogoh-ogoh Sang Kala Tiga Wisesa digambarkan dengan sosok raja yang terjerat hawa nafsu dan hal-hal negatif saat memimpin. Karya seni ini mengajak masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif dan selalu menjaga kesadaran diri. (ady)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LAINNYA
x