Oleh : Moh Azmi
Jika engkau ingin mengenal dunia, maka membacalah. Namun, jika engkau ingin dikenal oleh dunia, maka menulislah.
Pramoedya Ananta Toer
Tung, bunyi notifikasi Whatsapp terdengar,
petanda pesan pribadi masuk, sayapun bergegas melihatnya, tepat di jam 22:00 malam, ternyata teman wartawan menghubungi.
“Kamu sudah ikut UKW?” tanya teman saya, fitri. Rabu, 30 April 2025.
“Belum, kenapa?” jawab saya.
“Ada UKW minggu depan di LPDS, kalau mau ikut tak berikan nomormu agar dihubungi” kata fit.
“Baiklah” jawab saya.
Selang beberapa menit, sayapun di telfon oleh pengurus LPDS (Lembaga Pers Dr. Soetomo) Ibu Indriana.
“Mas minggu depan bisa ikut UKW?” tanya ibu indriana.
“Baik bu, saya bisa ikut. Gratis atau bayar?” jawab saya.
“Insyallah gratis semua mas, tapi persyaratan diisi malam ini, dan persyaratan yang lain diisi besok” pinta ibu Indriana.
Akhirnya saya mendaftar, dan lansung mengisi beberapa persyaratan yang diminta malam itu juga, dilengkapi beberapa persyaratan lain keesokan harinya.
Pelaksanaan Ujian
Lima hari kemudian, (Selasa-Kamis 6/7/8 Mei 2025), saya berangkat ke Surabaya, mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW), tepatnya dihotel Dafam Pacific Caesar, dan alhamdulillah dinyatakan kompeten sebagai wartawan pada jenjang muda.
Saat mengikuti ujian, ada 11 soal yang diberikan penguji, mudah-sulit tetap dinikmati, karena minimal harus mendapatkan nilai 70, jika dibawah angka tersebut bisa pulang dengan tangan hampa.
Banyak ilmu yang saya dapatkan, ternyata menjadi wartawan tidaklah mudah. Harus teliti dan hati-hati. Paham Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA), pemberitaan ramah disabilitas, dan lainnya sebagaimana disebutkan detail di ‘Buku Saku Wartawan’. Mengapa harus teliti dan hati hati? Karena jika salah sedikit bisa berurusan dengan meja hijau, jika tidak kuat relasi, bisa berada dibalik jeruji.
Penguji saya Lastantya R. Baskoro, yang ternyata setelah ditelusuri mantan Redaktur harian Tempo, media ternama dan disegani saat ini di Indonesia.
Disela-sela ujian, saya pun mengobrol dan bertanya banyak hal tentang Tempo pada pak baskoro. Alasannya, karena saya menjadi wartawan lantaran waktu SMP suka membaca salah satunya berita di Tempo, sehingga saya tahu dan mengerti bahasa berita, ditambah sekarang ada podcast “bocor halus” yang acapkali saya tonton.
Pak bas bercerita banyak tentang pengalamannya di Tempo, 25 tahun menjadi wartawan, hingga memberikan motivasi pada saya, beberapa yang saya ingat ‘menjadi penulis haruslah berbeda agar dikenal’ kata pak bas sambil menyeruput kopinya.
Saat hendak pulang, pak bas berbisik ‘saya ada buku nanti, tak kasih ke kamu ya’ ternyata dikasih beneran. Judul bukunya ‘jurnalisme lingkungan, jurnalisme menggerakkan’. Setelah dibaca, bukunya berisi sejumlah pengalaman pak Bas saat menjadi wartawan lingkungan di Tempo.
UKW itu SIM Wartawan
Ibarat menaiki sepeda motor di jalan raya, sertifikat UKW adalah SIM-nya. Mengapa? Karena wartawan dianggap profesional ketika mendapatkannya.
Secara aturan, standar kompetensi wartawan itu sudah diatur oleh panglima tertinggi wartawan yaitu ‘Dewan Pers’, Termaktub di Peraturan Dewan Pers 03/peraturan-DP/XI/2023 tindak lanjut deklarasi Piagam Palembang pada Peringatan Hari Pers Nasional tahun 2010 di Palembang.
Tujuan UKW, dijelaskan pada peraturan tersebut, ialah untuk menegakkan kemerdekaan pers berdasarkan kepentingan publik, menjaga harkat dan martabat kewartawanan sebagai profesi khusus penghasil karya intelektual, serta menghindarkan penyalahgunaan profesi wartawan. Wartawan yang dinyatakan kompeten berhak menerima sertifikat dan kartu kompetensi wartawan.
Sebetulnya, sertifikat UKW saya ingin mendapatkan tatkala baru menjadi wartawan 2019 silam, namun ketika ada lembaga yang melaksanakan, ongkos saya belum cukup untuk mendaftar. Namun, kemarin saya bernasib baik, dengan ikut UKW secara gratis.
Kendati demikian, sejak tahun 2019 saya tetap menjadi seorang wartawan meski belum memiliki sertifikat UKW, mempelajari setiap sudut berita, dengan berkarya dan dikoreksi oleh pimpinan redaksi (pimred) yang sudah memiliki sertifikat UKW.
Alhamdulillah, di tahun 2025 ini saya sudah mendapatkan sertifikat UKW – SIM pada jenjang muda, dengan ini bisa menambah semangat menulis, menelisik data untuk dijadikan beritakan agar nantinya dinikmati khalayak umum. Sekian..