Oleh : Moh. Azmi
“Manusia tidak akan pernah bisa saling mengerti, sebelum mereka merasakan penderitaan yang sama”
Pain Akatsuki
Siapa yang tidak terenyuh mendengar suara tangisan seorang anak kecil yang melihat teman dan rumah didepannya di genangi air.
Iya, itulah yang terjadi di Desa Palengaan Daja kecamatan Palengaan, Pamekasan Madura Sabtu (12/4/2025) kemarin.
Hujan yang semula dinanti kedatangannya, seketika berubah menjadi isak tangis tatkala rintihan air yang turun tidak tertampung di bak pemandian.
Aliran air yang harusnya mengalir ke sungai tetapi kebingungan tidak menemukan jalannya, ladang sawah pun terpenuhi, hingga air tumpah riah bak tamu ta diundang masuk ke dalam rumah.
Perabotan rumah tenggelam, barang berharga tenggelam, semua menyelematkan diri hingga barang berharga ditinggali.
Jam 16:00 sore, ramai di insta story WhatsApp teman, saya bergegas ke lokasi kejadian Namun nahas, sepeda yang saya tumpangi tidak bisa menyebrang jembatan karena debit air terlalu tinggi.
Saya bertemu bapak-bapak tua yang rambutnya beruban, saya bertanya, pak sedari dulu ketika hujan apakah banjir ini datang?
Dahulu tidak ada nak, hanya beberapa tahun terakhir, jawab bapak yang saya lupa tanya namanya.
Puluhan rumah di Desa Palengaan Daja dan Desa Rombuh tergenang, air bingung mencari jalannya yang seharusnya berjalan dari hulu (Palengaan Daja) tidak lancar mengalir ke hilir.
Catatan BPBD Pamekasan sebanyak 37 KK terdampak, saya risau sambil menyeduhkan segelas kopi, fikiran saya bertanya-tanya, pak apakah benar jumlah korban yang rumahnya tenggelam angkanya demikian?.
Tak cukup sampai disitu, ketika kopi saya hampir habis, saya bertanya pada pemerintah setempat, adakah evaluasi? Bagaimana jika hujan datangnya dini hari dan berakibat banjir? Adakah tindak lanjut dari banjir ini? Pak tolong beritahu saya berapa harga foto diatas jembatan sambil tersenyum itu, karena di sebelah barat jembatan itu korban kebingungan dan bersedih rumahnya tenggelam.
Siapa yang sebetulnya peduli? Bukit-bukit di sungai hilir digundul untuk galian C, terlihat jelas di sepanjang jalan sisi selatan kecamatan Palengaan, apalagi saat melintas di jalan Desa Potoan Laok.
Tidak ada pembersihan di sepanjang sungai, sampah berserakan, pohon ditebang, gunung di gundul, hingga air tersendat untuk pulang ke rumahnya.
Peringatan ini amatlah cukup serius, kerusakan alam, himbauan pada masyarakat tidak membuang sampah, dan evaluasi nyata pemerintah dibutuhkan.
Ini peringatan serius, semua stakeholder tidak boleh tertidur, mulai dari Pemdes, Tokoh, Forkopimka, BPBD, Legislator, karang taruna, dan organisasi kepemudaan.
Mari rasa empati kembali dibangun, pembersihan disepanjang area sungai yang mengakibatkan banjir dibutuhkan, gunung digundul kembalikan menghijau, peringatan dini pada masyarakat serta ketersediaan anggaran untuk belanja pendeteksi (sensor) hujan, hingga ketersediaan alat perlengkapan banjir pada masyarakat.
Warga setempat
No Comments