x

Pejabat Mistik Pamekasan

5 minutes reading
Friday, 5 Dec 2025 13:17 217 detektif_jatim

Oleh: Moh Azmi

(Wartawan paruh waktu)

Sesuatu yang tidak bisa dijangkau dengan akal, maka jangkaulah dengan iman.

Penulis

Bukan tanpa alasan, mengapa judul ini diambil, selain berangkat dari ketertarikan penulis, penulis juga menemukan pengalaman dan sejumlah ‘fakta’ menarik, sedari penulis berprofesi sebagai wartawan sejak 2019 silam.

Dalam kurun waktu tujuh tahun menjadi wartawan, penulis bertemu dengan sejumlah narasumber ‘pejabat tinggi Pamekasan’.

Secara harfiah, Ilmu mistik, keberadaanya sudah menjadi rahasia umum bangsa Indonesia secara adat, diyakini keberadaanya, terutama pada kalangan masyarakat pedesaan.

Kejadian Menarik pada Tiga Pejabat

Ketika meliput ke lapangan, penulis bertemu dengan sejumlah pejabat Pamekasan yang bercerita tentang kejadian yang di alami, diantaranya;

Pertama, saat azan zuhur tahun 2020, penulis salat di musala sebelah utara Food Colony Pamekasan. Usai salat, penulis duduk di teras musala lalu dihampiri pejabat (Bunga) nama samaran, yang merupakan pejabat berpangkat tinggi di Pamekasan.

Akhirnya perbincangan-pun dimulai, Bunga bercerita tentang banyak hal, mulai awal datang ke Pamekasan ‘karena tugas dinas’ hingga nasib dirinya yang jatuh sakit seperti menderita penyakit gejala setruk.

“Saya lahir normal, hingga diangkat menjadi pejabat di Pamekasan, dan ketika hendak naik jabatan saya sakit,” kata bunga.

Penuturan Bunga, saat sakit, bunga acapkali periksa ke dokter namun tidak ditemukan gejala penyakitnya. kemudian, bunga kembali kerumah, lalu salah seorang keluarga menyarankan agar pergi ke dukun. Setelah berfikir panjang, Bunga-pun mau.

Sambung Bunga, tetiba dirumah dukun, sang dukun mengatakan, “ada teman yang tidak menyukaimu, lalu kamu dibeginikan”. Dukun itu kemudian memberinya air, sehingga bunga berangsur pulih dan kembali berdinas di Pamekasan.

Kedua, penulis memiliki teman akrab seorang Kepala Bidang (kabid), sebut saja (Mawar) sebagai nama samaran, yang bertugas di Pemda timur Pamekasan, tepat ditahun 2022 penulis sering bercengkrama tentang pemberitaan.

Akhirnya, pada suatu hari, penulis menanyakan tentang batu akik yang dipakai sang Kabid, kabid Mawar bercerita tentang batu akik tersebut, dipakai untuk perlindungan diri. Penulis-pun tidak bertanya panjang lebar.

Pada hari berikutnya, penulis kembali bertemu Kabid Mawar untuk diwawancarai, setelahnya, Kabid Mawar kembali membahas barang antik yang ia pakai, hingga penulis dibukakan tas slempang pribadi agar penulis mengetahui isinya.

Selepas dibuka, isi dalam tas tersebut beragam, mulai dari keris, azimat, sejumlah batu akik, dan segala hal antik lainnya. Sontak, penulis bertanya, “apa maksud dari barang ini,” tanya penulis sambil tersenyum.

“Selain saya suka, ini sebagai perlindungan diri, karena tidak jarang pejabat yang sakit tanpa sebab,” jawab Kabid Mawar.

Ketiga, tahun 2025 saat ini, penulis mendengar dari teman sesama profesi bahwa ada seorang pejabat tinggi Pamekasan seketika pingsan saat rapat. kejadiannya, di Peringgitan dalam Pendopo Ronggosukowati Pamekasan.

Selang beberapa hari, penulis mengkonfirmasi melalui WhatsApp pada pejabat (Melati) sebagai nama samaran, mulai dari menanyakan kabar hingga melati bercerita banyak hal tentang kondisinya tersebut.

Melati membenarkan dirinya pingsan ditempat tersebut, beberapa teman membantunya hingga dirujuk ke rumah sakit di Pamekasan, karena tidak berangsur membaik, ia dirujuk ke rumah sakit Kota Surabaya, hingga harus operasi kedua otak.

“Operasi otak kanan sudah, tinggal otak kiri, dokter pun juga heran tentang penyakit apa yang saya alami,” tuturnya.

Tidak cukup sampai disitu, Melati menyampaikan, sepulang dari Surabaya, setiap malam, terlihat dua monyet bergelantung di gorden kamarnya.

Kata Melati, temannya bahkan terang terangan menyampaikan jika berprilaku tidak baik ‘menyantet’ Melati dengan alasan yang bermacam-macam.

Dari tiga kejadian yang sudah penulis uraikan, absurd rasanya jika di telaah secara alam sadar, bahkan sulit untuk dicerna secara logika, namun pada faktanya ‘ada’.

Apa itu Ilmu hitam?

Meski ditengah gemerlap teknologi modern seperti saat ini, rasionalitas ilmu hitam di Indonesia tidaklah surut. Ini menandakan, ilmu hitam menjadi bagian dari kultur Nusantara yang kental dengan nuansa mistis, fenomena ini bahkan sudah hidup berdampingan dengan masyarakat modern.

Tulisan mengenai pejabat mistik Pamekasan ini, bagi penulis menjadi fenomena sosial-spiritual. Terlepas dari apakah seseorang mempercayai keberadaan energi magis secara harfiah atau tidak, akan tetapi dampak yang ditimbulkan baik kejadian, sugesti, maupun penyakit yang tidak terjelaskan adalah nyata bagi korbannya.

Ilmu hitam seringkali menjadi ‘fenomena’ yang tidak mampu manusia jelaskan secara alamiah, namun di sisi lain, tidak bijak juga untuk menafikan hal-hal gaib yang memang tertulis dalam berbagai ajaran agama dan kepercayaan.

Benar saja, dari ketiga pejabat yang penulis temui, tidak banyak yang sebenarnya mempercayai akan kejadian tersebut, padahal secara fakta seperti yang penulis sampaikan ‘ada’.

Ilmu hitam didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan supranatural atau sihir untuk tujuan jahat dan merugikan orang lain. Dalam terminologi lokal, kita mengenalnya dengan berbagai nama seperti santet, atau guna-guna.

Mendeteksi serangan ilmu hitam seringkali sulit karena gejalanya bisa sangat mirip dengan gangguan medis atau psikologis sebagaimana ketiga pejabat yang penulis temui.

Namun, dalam literatur metafisika dan pengalaman masyarakat, terdapat beberapa ciri umum orang terkena santet, seperti gejala fisik yang tidak wajar, sakit pada jam tertentu, misalnya menjelang maghrib atau tengah malam, merasa sakit luar biasa seperti ada benda tajam di dalam tubuh, perut membesar, atau kelumpuhan mendadak, namun saat diperiksa secara medis dokter menyatakan pasien sehat.

Ciri lain yang biasanya terlihat, perubahan fisik drastis wajah yang tiba-tiba terlihat sangat tua, gelap, atau tatapan mata yang kosong atau bahkan sering mimpi buruk berulang.

Tidak cukup sampai disitu, penulis acapkali melihat dipedesaan, masyarakat ketika menganggap terkena santet, biasanya mengundang ahli ‘dukun’ yang pada akhirnya menemukan benda-benda asing di pekarangan rumah atau didalam rumah, misalnya bungkusan kain kafan berisi paku dan boneka ditusuk.

Ilmu hitam merupakan realitas gelap yang hidup dalam bayang-bayang masyarakat kita. Sifat iri biasanya menjadi alasan seseorang melakukan atau menyantet untuk mencederai teman atau lawannya.

Bagi korban, menurut penulis, cara terbaik untuk melawan bukanlah dengan membalas menggunakan cara yang sama ‘pergi ke dukun lain’, melainkan dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, tidak masalah sebenarnya jika mencoba ke dukun untuk meminta bantuan menyembuhkan, bukan untuk mengembalikan.

Hal ini dikarenakan, menjaga kesehatan mental, dan berpikir rasional, keimanan yang kuat dan pikiran yang positif adalah perisai terkuat yang tidak bisa ditembus oleh energi negatif manapun. Wallahuaklam..

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LAINNYA
x