BANGKALAN, detektifjatim.com – PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), bagian dari Zona 11 Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina kembali meraih Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) Emas tahun 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penghargaan itu diraih setelah sukses menjalankan program Eco-Edufarming yang dikembangkan di Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan dengan melibatkan 28 anggota Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera (BSS).
Dalam program tersebut, PHE WMO bersama petani berinovasi mengubah lahan kritis yang memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik menjadi lahan yang subur.
Program ini berhasil meningkatkan produktivitas 6,7 hektare lahan kering dan memanfaatkan 95,8 ton limbah ternak untuk pupuk organik, serta lebih dari 6 ton cocopeat per tahun dimanfaatkan untuk membantu penghematan air dengan menggunakan sistem pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna.
Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, Ahmad Marnawi mengatakan, selama ini banyak lahan pertanian di desanya yang kering dan tidak bisa dimanfaatkan, sehingga warga jarang mengkonsumsi sayur.
“Kalau mau menkonsumsi sayur harus beli ke luar, karena disini tidak bisa menanam sendiri karena tanahnya kering. Sekarang sudah bisa,” ujarnya.
Sementara itu, Manager WMO Field, M Basuki Rakhmad mengatakan perusahaan juga memperkenalkan alat soil nutrient sensor kepada warga untuk mengukur kandungan nutrisi penting dalam tanah seperti nitrogren, fosfor dan juga kalium.
“Alat ini membantu petani untuk menyesuaikan pengaplikasian pupuk agar tanaman mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Penggunaan sensor dapat memastikan tanaman petani tumbuh dengan optimal dan hasil panen yang lebih baik dengan tingkat keberhasilan 99,3 persen,” katanya.
Selain itu, petani juga diperkenalkan dengan metode rain harvesting, yakni melakukan proses pengumpulan dan penyimpanan air hujan untuk digunakan di kemudian hari, serta menerapkan Atmosfering Harvesting, yang merupakan teknologi untuk mengumpulkan air dari kelembaban udara.
“Kami melalui Eco Edufarming mendiseminasi pengetahuan tentang pembuatan pupuk kompos, pupuk organik cair (POC), mikro organisme lokal (MOL), silase, dan olahan produk pertanian lainnya,” kata Basuki Rakhmad.
Tak hanya itu, Rakhmad juga mengatakan, PHE WMO juga menciptakan kesadaran petani untuk menerapkan sistem pertanian hemat air dan organik. Alhasil mereka berhasil menanam tanaman holtikultura di lahan kering seperti cabai, tomat, semangka, melon, kangkung, dan lain-lain dengan sistem intensifikasi tanaman satu lubang dua tanaman.
“Kami berharap program PHE WMO tidak hanya berguna terhadap penerima manfaat. Lebih dari itu, program yang kami prakarsai diharapkan bisa memberikan multiplier effect memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas,” katanya. (san/ady)
No Comments