SUMENEP, detektifjatim com – Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Sumenep akan kembali menyelenggarakan Festival Sapparan Budaya. Dalam budaya Sapparan itu ada upaya memeriksa sejarah akar warga Sumenep adalah pelaut andal
Festival Sapparan Budaya ke-3 kali ini mengusung tema “Spiritualitas Abantal Omba’ Asapo’ Angin”, melibatkan MWC NU Pasongsongan, Sumenep. Kegiatan dijadwalkan berlangsung pada Jumat-Sabtu, 9-10 Agustus 2024.
Ada tiga titik lokasi acara festival, yaitu Gedung KH Wahab Hasbullan MWC NU Pasongsongan, Asta Agung Ali Akbar, dan Lapangan Tatenggun Padangdangan.
Divisi Pertunjukan Lesbumi PCNU Sumenep, Mahendra Cipta mengatakan, bulan Shafar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah yang memiliki makna puitis mendalam.
Bagi warga NU, kata dia, Shafar atau Sappar dalam istilah Madura, adalah simbol perjalanan panjang kehidupan.
“Sebagaimana seni adalah jalan panjang proses pencarian jati diri dalam frame kreativitas, bulan Sappar istimewa sebagai tanda dan upaya bersama menyatakan eksistensi hidup di tengah kepungan banyak tantangan jaman belakangan ini,” kata Mahendra dalam rilis, Kamis, 25 Juli 2024.
Dia menjelaskan, tema yang diusung dalam Festival Sapparan Budaya ke-3 ini sebagai upaya memeriksa kembali kesadaran bersama, bahwa akar sejarah warga Sumenep adalah pelaut andal dengan sepenuh tekad hidup berdampingan, dan menjalankan peradaban hingga hari ini.
“Sudut pandang spiritualitas menjadi kunci dalam melihat arah kegiatan ini. Sebab, spiritualitas adalah ruang pengolahan jiwa dan dunia tak terhingga bagi sebuah pejalan (manusia),” urainya.
Mahendra menegaskan, kegiatan ini tidak diniatkan untuk terkesan sebagai event profesional layaknya event-event di kota besar.
“Justru kemurnian kesederhanaanlah yang kami inginkan dalam kegiatan ini. Lesbumi hanya menginisiasi Budaya Sapparan ini, tetapi ia didekasikan sepenuhnya untuk masyarakat NU Sumenep, Madura,” tegasnya.
Sementara, Ketua Panitia, Lathif Atmaja mengatakan, Festival Sapparan Budaya ke-3 ini akan menyuguhkan berbagai kegiatan dan pertunjukan seni.
Yaitu, Rokat Bumi Pasongsongan, Orasi Budaya, Diskusi tema “Spiritualitas Abantal Omba’ Asapo’ Angin”, Pameran Kaligrafi, dan Eksibisi Seni Kampung Pesisir (Sintong, Ba’ Garbis, Mamaca dan Topeng, Pencak Silat, Teater dan Puisi).
“Ada juga diskusi buku karya Alm. Abdul Hadi WM ‘Anak Laut Anak Angin’,” kata Lathif Atmaja yang juga Divisi Kajian dan Kegiatan Lesbumi PCNU Sumenep.
Lathif berharap kegiatan ini mampu membuka ruang perbincangan yang lebih fresh dan fleksibel tentang arti kebersamaan dan kerukunan.
“Serta menjaga keberlangsungan hidup dengan cara-cara luhur warisan nenek-moyang. Mengerahkan segenap jiwa dalam mengembangkan ide-ide lama ke dalam pembaruan-pembaruan yang lebih baik,” tandasnya. (*/ady)
No Comments