Momentum Maulid Nabi Muhammad Saw menjadi waktu istimewa untuk merenungkan peran Nabi dalam membentuk karakter manusia yang selaras dengan Tuhan dan alam. Konsep teoantropoekosentris menyiratkan keselarasan dan keseimbangan antara Tuhan (Teo), manusia (Antropos), dan alam (Ekosentra). Di tengah krisis moral dan lingkungan saat ini, karakter ini mutlak diperlukan untuk membangun generasi bangsa yang kuat, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.
Rasulullah Saw adalah teladan nyata penerapan karakter ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sabdanya, beliau berkata, “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon atau tanaman, lalu dimakan burung, manusia, atau hewan darinya, kecuali itu adalah sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini memperlihatkan betapa menjaga alam adalah bentuk ibadah dan tanggung jawab sosial.
Pendidikan menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi berkarakter teoantropoekosentris. Integrasi nilai spiritual dan ekologis dalam kurikulum dan aktivitas sekolah, seperti program Sekolah Adiwiyata, mendorong siswa peduli lingkungan melalui praktik nyata seperti pengelolaan sampah dan penghijauan. Generasi ini diharapkan tumbuh dengan kesadaran iman kuat, empati sosial, dan tanggung jawab ekologis.
Dalam kehidupan sehari-hari, contoh penerapan karakter ini bisa berupa gaya hidup ramah lingkungan: mengurangi sampah plastik, hemat energi, memakai transportasi umum, dan menjalani hidup sederhana. Sikap tolong-menolong dan gotong royong juga menguatkan karakter sosial yang harmonis.
Tidak kalah penting, kebijakan pemerintah harus mendukung karakter ini lewat regulasi lingkungan, pengembangan energi terbarukan, dan konservasi. Dukungan aktif masyarakat dan dunia usaha sangat vital agar upaya ini berhasil.
Ki Hadjar Dewantara pernah mengingatkan, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” yang berarti pemimpin harus memberi teladan, memotivasi, dan mendukung. Hal ini selaras dengan upaya membangun generasi yang berkarakter kuat dan berwawasan luas.
Momentum Maulid bukan sekadar perayaan, tetapi panggilan untuk membangun jembatan antara nilai agama, kemanusiaan, dan lingkungan. Dengan karakter teoantropoekosentris, generasi muda Indonesia diharapkan jadi pelopor perubahan yang menjaga keseimbangan dunia dan akhirat demi masa depan bangsa yang lestari dan bermartabat.
Penulis
Moh. Asy’ari
Dosen STAI AZ-ZAIN SAMPANG
No Comments