Penulis berkesempatan menjadi pembicara Kajian Spirit Gemilang bertema “Menjaga Harmoni Kehidupan Menuju Kegemilangan Bangsa”, yang digelar oleh Nusantara Gilang Gemilang (NGG) di Camp King Sulaiman, Jl. Raya Candi V No. 638, Karangbesuki, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (23/07) sore.
Tampil sebagai pembicara utama, yang juga pendiri sekaligus ruh utama dari padepokan kenamaan King Sulaiman, Coach Fahmi, dikenal The First Indonesian Internasional Total Leader Coach Certified, from LMI-J, Meyer, Texas-USA, and Certified Trainer Professional Coach (CTPC), from NFNLP, Lead by Dr. Horton, Florida, USA.
Coach Fahmi, sapaan akrab Imam Muhajirin Elfahmi, satu diantara dua tokoh Pancasilais asal Jawa Timur. Dengan abah penulis, D. Zawawi Imron (Budayawan dan Sastrawan), dua pekan lalu menerima penghargaan bersama lima belas tokoh lainnya dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang dipimpin Mas Yudian Wahyudi pada Selasa (9/7) malam.
Hadir sebagai pembicara, antara lain penulis sendiri sebagai representasi dari praktisi hukum yang memimpin sebuah Firma Hukum, Aries Musnandar (Kepala Kantor Urusan Internasional dan Dosen Pascasarjana UNIRA Malang), Kurniawan Muhammad (Direktur Jawa Pos Radar Kediri).
Pemantik lainnya, Indra Permana (Founder Bakso SS., Vice Presiden NGG), Muhammad Suci Mardiko (Sekjen Asosiasi G-Coach Indonesia) dan Abu Sana Wijanarko (Strategic and Development Zamzami Internasional). Ketujuh pemateri berbicara sesuai dengan keahlian masing-masing. Dengan diarahkan pada kebutuhan penting seorang Human Resource Development (HRD).
Penulis berbicara soal seni menggerakkan orang. Mengawali perbincangan dengan menyampaikan kalimat inspiratif. Bahwa, dua puluh hingga tiga puluh tahun yang akan datang dalam rangka mengisi perjalanan Indonesia Emas, orang besar itu ditentukan oleh dua hal. Keduanya tak dapat dipisahkan. Apa, itu?
Pertama, seberapa sering ia membaca. Buku apa saja yang telah dilahap. Seberapa intens bertandang ke toko buku. Apakah biasa memburu buku baru dan menjelajahinya. Media apa yang telah dibaca, dianalisa, dan coba direnungkan dengan situasi kekinian, kebangsaan, dan ke-Indonesiaan.
Kedua, dengan siapa ia bergaul. Biasa bergumul dengan orang dari unsur apa saja. Sesering apa bergaul dengan mereka yang selalu menebar energi positif. Seberapa biasa sharing ideas, berbagi ide, gagasan anyar penuh kebaruan dengan orang lain. Hidup bersama siapa selama ini.
Lalu, penulis berbicara tentang bagaimana sejatinya menggerakkan sumber daya manusia (SDM) dalam sebuah perusahaan. Tak lain, guna mewujudkan apa yang menjadi maksud dan tujuan dalam gambaran visi besar suatu corporate. Setidaknya, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam mengelola SDM yang unggul.
Pertama, pelajari, apa itu seni memimpin, yang lazim disebut dengan adagium leadership. Kuasai, kemudian praktikkan dalam menggerakkan orang. Hakikat leadership adalah kemampuan dalam membangun visi jangka panjang, dan mewujudkannya dalam manajemen yang terencana, terukur, dan terprediksi. Secara operasional, dibutuhkan kemampuan meyakinkan orang yang bekerja dalam tim, turut aktif menggolkan visi gemilang yang hendak dicapai. Caranya, berikan kepercayaan untuk bekerja secara tulus tanpa instruksi yang bersifat intimidatif bahkan mengancam, yang membuat ia tak nyaman dalam menuntaskan pekerjaan.
Kedua, tempatkan orang sesuai dengan keahlian (ekspert) masing-masing. Perlakukan mereka sesuai dengan kecenderungannya. Memang, semua orang harus tunduk dan patuh pada Standart Operating System (SOP) yang telah ditetapkan. Namun, memperlakukan semua orang dengan cara yang sama adalah kecelakaan pengelolaan SDM. Maksudnya, ketahui, kenali, dan fahami karakter orang yang bekerja. Lakukan pendekatan pribadi (personal approach) dalam seni menggerakkan orang agar terlibat aktif mewujudkan mimpi besar sebuah perusahaan.
Ketiga, tidak berhenti memotivasi orang. Sabar, kunci utamanya. Jangan beri ruang, sabar itu berbatas waktu atau ada batasnya. Jika dalam tiga hingga enam bulan, orang-orang yang bekerja belum menunjukkan hasil yang maksimal, hindari mengutuk mereka! Artinya, berikan penghargaan pada mereka yang telah mencapai target. Lakukan penghukuman pada mereka yang belum mencapai target. Penting menerapkan konsep punishment and reward. Penghargaan bertujuan memotivasi yang lain sedang hukuman melejitkan potensi yang terpendam. Ingat, hukuman tidak berarti melukai perasaannya. Ciptakan situasi dan kondisi kebatinannya tergerak untuk bekerja lebih, dan lebih giat lagi.
Keempat, berikan contoh yang baik melalui sikap dan perbuatan, yang biasa disebut dengan istilah keteladanan budi. Jangan biasakan memberi arahan dengan kata dan kalimat yang indah dan memukau. Biasa tapi menginspirasi. Sederhana namun mengena. Biasakan minta tolong bukan menodong. Biasakan berterima kasih bukan tidak pilih kasih. Samakan antara perkataan dengan tindakan. Meminta karyawan untuk tidak terlambat tapi pemimpinnya kerap kali tidak tepat waktu. Pemimpin itu di depan. Bukan di belakang. Tindakan nyata lebih menyentuh dari pada setumpuk perintah yang miskin keteladanan.
Itulah substansi materi yang penulis sampaikan di hadapan seratus enam puluh dari peserta, yang sebagiannya dari unsur HRD dari pelbagai perusahaan di Kota dan Kabupaten di Jawa Timur. Salah satu posisi sentral yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola SDM di sebuah perusahaan (corporate). Juga, para undangan dari berbagai unsur, aktivis lintas organisasi sosial lemasyarakatan, dan umum.
Tak lupa, atas arahan NGG, penulis diperkenankan meminta doa dan restu dari para peserta dalam menyongsong laga demokrasi, pemilihan Wali Kota Malang dari PDI Perjuangan, yang akan dihelat nanti pada tanggal 27 November 2024 dengan visi besar: Malang Tanpa Korupsi, Malang Maju!
“Catatan saya, lima tahun terakhir, Malang terus Malang! Walaupun masuk Malang sudah benar melalui Lawang, hingga kini, Malang tetap Malang alias nahas. Untuk itu, kita ingin memastikan hubungan kemitraan antara eksekutif dengan legislatif adalah kolektif kolegial. Karenanya, hubungan keduanya haruslah dalam kerangka hukum. Berpijak pada peraturan perundang-undangan,” ungkap penulis meyakinkan.
“Tidak boleh ada ruang inisiasi niat jahat (mense rea) yang berakhir pada terjadinya pemukatan jahat (samenspanning). Karena hal itu, berpotensi menciderai tugas dan kewajiban, yang potensial berujung pada kubangan praktik korupsi,” tutup penulis yang diiringi gemuruh tepuk tangan audiens. (*)
*Advokat, Legal Consultant, Lecture, Mediator Non Hakim, dan CEO Firma Hukum PROGRESIF LAW. Kini, Sekjen DPP Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK), dan Bakal Calon Wali Kota Malang
No Comments