SUMENEP, detektifjatim.com – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMAN 1 Sumenep dicurigai kongkalikong aktivis gerakan mahasiswa aktivis Madura (GEMARA). Niat ke sekolah tersebut tidak kesampaian karena berbagai kendala.
Aktivis Gemara mengaku tidak ditemui pihak sekolah. Kepala Sekolah beserta TU dan lainnya tidak ada yang berani menemui peserta audiensi.
Ketua GEMARA Fadhlillah mengaku kepada wartawan detektifjatim.com audiensi dalam rangka mengawal dugaan kongkalikong PPDB SMA Negeri 1 Sumenep yang disinyalir tidak berjalan sesuai petunjuk teknis.
“Kalau tidak ada masalah di dalam PPDB ini kenapa Kepsek beserta perwakilannya dari SMA Negeri 1 Sumenep tidak berani menemui, kan mencurigakan sekali. Apakah benar isu-isu liar yang beredar di tengah-tengah masyarakat adalah sebuah fakta terkait problematika PPDB SMA Negeri 1 Sumenep?,” uarnya, Juma’at (05/07/24).
Fadhlillah mengaku dalam pelaksanaannya PPDB SMAN 1 diduga terdapat banyak problem yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Sehingga banyak kalangan aktivis yang menyoroti persoalan ini, termasuk Gerakan Mahasiswa Aktivis (Madura GEMARA).
“Perlu dicatat, baik Kacabdin Pendidikan Jawa Timur wilayah Sumenep maupun Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sumenep, bahwa GEMARA tidak akan berhenti sampai disini saja. Akan terus berkelanjutan sampai masalah ini menemukan titik terang. Ini dunia pendidikan, tidak elok jika ditumpangi kepentingan dan sifat politisasi lainnya.” tutupnya
Kepala SMAN 1 Sumenep Rafiudin membantah tidak menemui mereka. Menurut Rafi terjadi miskomunikasi dengan aktivis mahasiswa tersebut. Mahasiswa sudah ditemui Wakasek Kesiswaan
“Diterima Wakasek kesiswaan, dan minta konfirmasi hari Senin. Jumat tidam bisa karena kedatangan tamu Inspektorat dan BKD Jatim,” bantahnya
Rafi’ juga membantah tuduhan kongkalikong dalam PBDB SMAN1 Sumenep. PBDP tersebut bersifat online dan berbasis server. Semua orang bisa melihat
terkait kongkalikong tidak ada. sebab, SMA negeri jatim bersifat online berbasis server. Pusatnya di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Semua orang bisa melihat.
“Mau kongkalikong gimana? Gak ada itu kongkalikong, ko politis. Bahkan, saya ngomong diluar tidak ada yang bisa jamin lolos. Itu bohong,” katanya.
Dia mengaku memang banyak yang tidak ada tahu. Orang menganggap sekolah yang meloloskan. Padahal, sekolahnya menerima hasil dari pendaftar, masuk ke akun SMAN 1 Sumenep lalu di print out.
“Murni nilai yang dikelola server/aplikasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. yang sudah masuk tidak bisa keluar, NISN sudah terkunci otomatis. Ada 10 rombel di SMAN 1, tiap rombel 36. Total 360 siswa,” pungkasnya. (vhi/ady)
No Comments