Oleh: Abdul Aziz
Advokat, Legal Consultant, Mediator Non Hakim, Lecture, CEO Firma Hukum PROGRESIF LAW, Sekjen DPP Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK). Kini, Juru Bicara Tim Pemenangan dan Kuasa Hukum Risma-Gus Hans di Mahkamah Konstitusi (MK)
Wahai Ibu, yang telah mengandung 9 bulan 10 hari. Melahirkan dengan susah payah dan bertaruh nyawa. Membanting tulang dan membesarkan anak seorang diri. Wanita kuat dan tangguh yang tak mudah rapuh. Sosok yang patut digugu dan ditiru kedalaman spiritual dan keluhuran akhlaknya. Mengajarkan kejujuran hidup dan mendidik anak sepenuh hati.
Wahai Ibu, tanggal 22 Desember tahun ini, tepat tiga tahun sudah, fisikmu istirahat total. Jeda dari kerja keras untuk anakmu agar berilmu dan menjaga ketinggian adab. Ragamu memang sakit tapi doamu mencakar langit! Merawat-mu siang malam adalah kebahagiaanku yang mendalam. Mengingat masa lalu yang indah menyegarkan suasana. Membuatmu tertawa adalah kelegaan yang tiada terkira.
Wahai Ibu, yang lebih hebat dari pahlawan nasional sekalipun. Menemani-mu di rumah sakit adalah rutinitas yang mengiringi kisah hidup anakmu. Memberikan pesan luar biasa, betapa pentingnya sehat itu. Menyuapi dan menyuguhkan minuman untukmu, mengingatkan pada masa kecilku yang biasa menyusahkan-mu. Saat itu, tak sekalipun ku mendengar keluh kesahmu merawat anakmu.
Wahai Ibu, bersamamu, kerap memecah malam. Menyusuri jalan mencari ikhtiar pengobatan. Menempuh kesunyian demi meniti jalan kesembuhan. Terus menebalkan keyakinan akan janji Allah SWT. Bahwa, setelah sakit datang sehat kala Tuhan sudah berkenan. Tugas kita, menjemput ridlo-Nya. Tak pernah putus asa. Sebaliknya, seribu asa digantungkan pada-Nya.
Wahai Ibu, yang rela mengorbankan apa saja untuk anaknya. Sungguh, syukur ini tiada henti. Tanpamu, diri ini bukanlah siapa-siapa. Anakmu hari ini, gambaran seorang wonder woman sejati. Dari pelosok desa nan jauh di sana. Sebuah pedukuhan yang gersang dan bebatuan cadas! Namun, anakmu bangga. Punya panutan tiada duanya. Istiqomah menegur agar menjaga ibadah. Baik vertikal maupun horizontal.
Wahai Ibu, yang kasih sayangnya tak mengenal batas. Tahukah engkau, menjelang datangnya momentum sakral Hari Ibu, ada wanita hebat yang tulus menjenguk-mu. Tak lain, Ibu Tri Rismaharini. Biasa disapa Ibu Risma. Doa kesembuhan berulang terlontar darinya. Bahkan, membantu mengantarkan-mu ke padepokan alternatif di Surabaya. Memotivasi dan mengecek perkembangan kesehatan.
Wahai Ibu, yang berasal dari keluarga biasa. Sungguh kita terharu. Betapa tidak, di tengah sakit yang menderamu. Tuhan takdirkan bersua mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial. Lebih dari itu, 27 November bulan lalu, Ibu Risma menjadi salah satu kontestan Pilgub Jatim. Tentu, ini sebuah kehormatan yang tak biasa. Mengingat, Ibu Risma yang padat kesibukan, tetap memahat ketulusan. “Seorang Risma memiliki ketulusan yang terus terpancar sampai kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun”.
Wahai Ibu, yang sering bertanya. Mengapa anakmu sering pamitan ke luar Kota beberapa bulan ini. Jujur, dalam perhelatan Pilgub Jatim 2024, anakmu berpihak pada Ibu Risma dan Gus Hans dengan penugasan Juru Bicara Tim Pemenangan. Alasan utama keberpihakan, cukup sederhana. Singkatnya. “Jika orang bersih berada di tempat bersih dan tetap bersih, itu biasa. Namun, jika orang bersih berada di tempat tidak bersih dan tetap bersih, itu Ibu Risma”. Ada kesamaan pola pikir (paradigma) dan prinsip hidup yang saling menyala dan menghidupkan.
Wahai Ibu, yang menegur anakmu. Apa tugasmu sudah selesai? Sekali lagi, jujur: belum, Ibu. Mengapa? Kini, yang turut mendoakan kesembuhanmu itu, berjuang di Mahkamah Konstitusi (MK). Secara konstitusi, langkah yang ditempuh Ibu Risma, konstitusional. Intinya, mengevaluasi penyelenggaraan Pilgub Jatim. Menguji dugaan kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif alias TSM. Mohon doa Ibu, anakmu didapuk sebagai Tim Hukum gugatan di MK.
Wahai Ibu, yang terakhir bertanya soal takdir Tuhan tentang suatu jabatan. Ibu Risma percaya dan yakin. Bahwa, pemenang Pilgub Jatim sudah ditentukan oleh Allah SWT dalam Lauhul Mahfudz. Sebuah kitab yang berisi catatan takdir dan kejadian di alam semesta, yang terpelihara dan tidak akan berubah atau rusak. Namun, Ibu Risma dan Gus Hans patut menduga akan adanya potensi kecurangan yang TSM dan potensial terjadi mengiringi pagelaran Pilgub Jatim.
Bagi Ibu Risma dan Gus Hans serta Tim Pemenangan yang dipimpin Ra Imam Buchori Ibnu Kholil dan Tim Hukum yang dikomandani Ronny Talapessy, mendiamkan ketidakjujuran dan ketidakadilan adalah sama dengan membenarkannya. Sedangkan membenarkan adalah sama dengan melakukannya. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi, memilih diam menyaksikan ketidakjujuran dan ketidakadilan, jelas bertentangan dengan akal sehat!
Wahai Ibu, yang maaf dan ridho-nya seluas samudera. Izinkan anakmu bersimpuh. Memohon maaf atas khilaf dan dosa yang menggunung selama ini. Juga, mohon izin member-samai Ibu Risma dan Gus Hans hingga MK memutuskan yang terbaik untuk Pilgub Jatim. Serta, dengan bangga, mengucapkan Selamat Hari Ibu untukmu. Semoga, Allah segera berkenan mengangkat penyakitmu. Menganugerahi kesembuhan dengan tidak meninggalkan kekambuhan di kemudian hari.
Untuk Bunda Lika Rahmawati Aziz yang membanggakan. Wanita yang setia mendampingi dalam berbagai episode kehidupan. Kala suka ataupun duka. Hari ini ku ucapkan, Selamat Hari Ibu untuk istriku. Terima kasih telah mengarungi bahtera kehidupan. Walau badai tak jarang menerjang. Terus berlayar dalam mahligai cinta. Perjumpaan rasa itu melahirkan ananda Dzikri Fakhrillah Aziz (Dzikri), Zakiya Salima Aziz (Kiya), juga Nabila Khairiyah Aziz (Bella).
Kalaupun tidak mungkin menjadi pemimpin para bidadari surga, seperti Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim. Cukuplah menjadi wanita yang baik, taat kepada Allah, dan patuh pada suami. Seperti dimaksud oleh Baginda Nabi SAW. “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang shalihah”. (HR. Muslim).
No Comments