x

Bersama HMI dan Menjadi Mahasiswa “Privileged”

3 minutes reading
Monday, 29 Sep 2025 02:31 68 detektif_jatim

Oleh: Syafiqi
Kader HMI Cabang Sumenep
Komisariat P UNIBA Madura

_________________________

Keputusan untuk bergabung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukanlah sesuatu yang direncanakan secara matang sejak awal. Motivasi saya cukup sederhana: “yang penting saya ikut organisasi.” Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa keikutsertaan dalam berkader di HMI bukan hanya keputusan yang tepat, tetapi juga salah satu langkah paling berharga dalam perjalanan hidup saya sebagai seorang mahasiswa.

HMI bukan sekadar organisasi kemahasiswaan. HMI sebagai rumah intelektual, tempat menemukan jati diri, mengasah kemampuan berpikir kritis, serta menumbuhkan semangat pengabdian. Di dalam HMI, saya menemukan kepercayaan diri yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. Dari seorang pemalu, tumbuh menjadi individu yang lebih terbuka, berani berbicara, dan siap mengambil peran dalam masyarakat.

Saya masih mengingat dengan jelas pengalaman pertama kali mengikuti Latihan Kader 1 (LK1) pelatihan dasar dalam jenjang perkaderan HMI. Dengan semangat idealisme yang membara, saya melangkahkan kaki ke arena latihan, membawa harapan besar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Di sana, saya mempelajari berbagai hal yang tidak ditemukan pada perkuliahan mulai dari sejarah perjuangan Islam, sejarah dan cita-cita pendirian HMI, manajemen waktu, hingga kepemimpinan strategis.

HMI dan Semangat Intelektual

Sejak didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-kawan di Yogyakarta, HMI telah memposisikan diri sebagai organisasi mahasiswa yang memiliki peran strategis dalam membangun bangsa. Dalam bukunya “HMI dan Peranannya dalam Perjuangan Bangsa” (Pane, 1983), dijelaskan bahwa tujuan utama pendirian HMI adalah:

“Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta mengembangkan ajaran agama Islam.”

Sebagai organisasi yang berdiri rentan waktu sangat sebentar setelah proklamasi kemerdekaan, HMI memiliki kontribusi historis yang tidak dapat diabaikan. Tokoh-tokoh besar bangsa seperti Nurcholish Madjid (Cak Nur), Akbar Tandjung, Anies Baswedan, dan banyak lainnya pernah digembleng dalam kawah candradimuka HMI. Dalam bukunya “Islam Yes, Partai Islam No!” Cak Nur menunjukkan bagaimana HMI tidak hanya menjadi organisasi politik, tetapi juga ruang pembentukan nalar kritis dan spiritualitas progresif.

Menjadi Mahasiswa yang “Privileged”

Istilah “privileged” sering dikaitkan dengan kemewahan sosial. Namun bagi saya, menjadi mahasiswa HMI berarti memiliki privilege intelektual, spiritual, dan sosial yang tidak semua mahasiswa dapatkan dan disadari secara utuh. Saya mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan para intelektual, terlibat dalam forum-forum strategis, serta dilatih menjadi pemimpin yang tidak hanya pintar, tetapi juga berintegritas dan profesional.

Saya juga belajar bahwa HMI adalah organisasi yang inklusif. Ia tidak membedakan ras, suku, golongan, intinya Islam dan mahasiswa. Di HMI, semua bersatu dalam ikatan perjuangan demi kemajuan umat dan bangsa. Bahkan status “jomblo” sekalipun tidak menjadi penghalang untuk menjadi kader terbaik.!

Relevansi Nilai-nilai HMI di Masa Kini

Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, nilai-nilai HMI justru semakin relevan. Ditegaskan bahwa kader HMI harus memiliki tiga kekuatan utama: spiritualitas keislaman, intelektualitas akademik, dan keberpihakan sosial. Ini adalah kombinasi ideal bagi seorang pemimpin masa depan.

Waktu boleh berlalu, roda kehidupan terus berputar, dan generasi terus berganti. Namun nilai-nilai HMI tetap abadi. Saya yakin, HMI akan terus melahirkan pemimpin-pemimpin yang berdaya saing global tanpa kehilangan akar kebangsaannya. Dengan semangat keislaman, keindonesiaan, dan pengabdian kepada masyarakat, HMI akan terus menorehkan peran strategis dalam pembangunan nasional
Menjadi kader HMI adalah sebuah privilege intelektual dan spiritual. HMI bukan hanya tentang organisasi, tetapi tentang nilai, tentang keluarga, dan tentang perjuangan.

Untukmu HMI, cintaku tak akan pernah pudar. Aku masih untukmu, selamanya.
YAKUSAAA!

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LAINNYA
x